Panduan Praktis Ajaib Al Qur’an Menjadi Manusia Cerdas 728x90

Kamis, 04 September 2014

Sistem Imunitas

Sistem Imunitas


Apa itu Sistem Imunitas ?
Sistem imunitas atau sistem kekebalan tubuh adalah mekanisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis kuman patogen dari luar, maupun sel kanker yang terjadi di dalam tubuh.

Apa penyebab Sistem Imunitas terganggu ?
  • Pola hidup yang tidak sehat
  • Gangguan metabolisme
  • Kelelahan fisik yang menyebabkan stres
  • Pengaruh obat yang berlebihan
  • Faktor genetik

Bagaimana gejalanya ?
Gejala awal gangguan sistem imun biasanya ditengarai oleh adanya peradangan. Peradangan adalah salah satu respon pertama dari sistem imun terhadap infeksi. Gejalanya adalah kemerahan dan bengkak yang diakibatkan oleh peningkatan aliran darah ke jaringan, seperti:
-       Infeksi akut (misalnya: pilek, flu)
-       Infeksi telinga
-       Infeksi saluran pernapasan (sinus)
-       Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan

Penyakit yang dapat timbul karena gangguan Sistem Imunitas berdasarkan golongannya
  • Imunodefisiensi, gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan terjadinya peningkatan kerentanan terhadap infeksi, dan perlambatan proses penyembuhan penyakit.
Gangguan pada sistem kekebalan ini menyebabkan:
-       AIDS
-       Kanker
-       Berbagai infeksi virus, jamur, atau bakteri
  • Alergi
  • Autoimun

Pengobatan yang dilakukan
  • Biasakan mengonsumsi gizi yang seimbang
  • Olahraga
  • Istirahat yang cukup
  • Redam stres dengan relaksasi atau dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan
  • Hindari polusi asap: rokok, debu, knalpot kendaraan
  • Hindari minuman beralkohol
  • Obat-obatan

Pencegahan yang dapat dilakukan
  • Menjaga pola makan yang sehat dengan mengonsumsi gizi yang seimbang
  • Olahraga
  • Istirahat yang cukup

Dampak yang ditimbulkan bila Sistem Imunitas terganggu
Timbul berbagai penyakit, seperti AIDS, kanker, flu, pilek, sinus, dan sebagainya.

Hepatitis

Hepatitis

Apa itu Hepatitis ?
Hepatitis berasal dari kata �hepato� yang berarti �hati� dan akhiran �itis� yang berarti radang. Jadi, �hepatiis� berarti peradangan hati.

Apa penyebab Hepatitis ?
Penyebab hepatitis banyak, salah satu penyebab utamanya adalah virus yang dikenal sebagai virus hepatitis. Ada 5 tipe virus hepatitis yang umum, yaitu A, B, C, D, dan E. Hepatitis A dan E ditularkan melalui feses (kotoran) dan makanan serta minuman yang terkontaminasi. Sedangkan virus hepatitis B, C, dan D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh.
Penyebab lainnya adalah non virus, terutama karena perlemakan hati kronis yang diakibatkan oleh gaya hidup modern dengan pola makan tinggi lemak dan kalori (karbohidrat) serta diperparah oleh kurangnya gerak fisik, atau karena keracunan alkohol, obat-obatan tertentu dan paparan zat berbahaya.

Bagaimana gejalanya ?
Gejala hepatitis bervariasi tergantung penyebabnya. Ada yang menimbulkan keluhan ringan tetapi ada juga yang menyebabkan penderita tampak sakit berat.
Hepatitis B:
  • Merasa lelah
  • Nyeri perut
  • Mual atau muntah
  • Demam
  • Nafsu makan hilang
  • Diare
  • Urin berwarna kuning gelap
  • Mata dan kulit berwarna kekuningan
Hepatitis C:
  • Jaundice(kuning)
  • Lelah berkepanjangan
  • Mual atau hilang nafsu makan
  • Urin berwarna gelap
  • Diare
  • Nyeri sendi
  • Kulit gatal

Bagaimana diagnosisnya ?
Pemeriksaan laboratorium berguna untuk mengetahui penyebab hepatitis, memperkirakan perjalanan penyakit, dan / atau untuk memantau pengobatan.
Pada Hepatitis B:
Pada Hepatitis C:
  • Anti HCV (antibodi terhadap virus hepatitis C)
  • HCV-RNA
  • HCV Genotipe

Pengobatan yang dilakukan
Hepatitis B, biasanya dokter memberikan :
  • Obat antivirus
  • Imunomodulator (memperkuat system imun)
  • Diajurkan agar pasien mengatur aktivitasnya agar tidak terlampau lelah
  • Untuk makan, boleh saja tinggi kalori dan tinggi protein, bila diperlukan dilengkapi dengan vitamin untuk penguat hati.
Hepatitis C:
  • Anti virus untuk mencegah sintesa sel virus sehingga tidak dapat berkembang (amantadine, famciclovir, dan ribavirin)
  • Antiradang (prednison)
  • Memperkuat sistem imum (interferon)
  • Stop Alkohol
  • Hindari obat-obatan yang berefek samping merusak hati

Pencegahan yang dapat dilakukan
  • Tidak berbagi jarum suntik dengan orang lain
  • Menghindari tusukan jarum pada tubuh, tato, kecuali dapat dipastikan bahwa jarum suntik yang digunakan adalah steril
  • Setia pada pasangan
  • Vaksin imunisasi pencegah hepatitis:
- Vaksin Hepatitis A, diberikan sejak bayi atau menghadapi kondisi khusus ketika ada wabah
- Vaksin Hepatitis B, diberikan sejak bayi dan dewasa. Tersedia vaksin generik (Biofarma)
- Vaksin Hepatitis B Imunoglobulin, lebih efektif dibandingkan dengan rekombinan

Dampak yang ditimbulkan oleh Hepatitis
Hepatitis B dapat menimbulkan kanker hati atau sirosis akibat infeksi kronis. Semakin muda usia seseorang saat terinfeksi hepatitis B, maka semakin besar kemungkinan infeksi hepatitis B tersebut berkembang menjadi kronis.
Sedangkan Hepatitis C, umumnya akan berkembang dalam jangka waktu lama pada penderitanya atau disebut infeksi kronis. Bahkan penderita dapat membawa virus hingga akhir hidupnya. Hepatitis C bisa mengakibatkan kerusakan pada hati, dan pada akhirnya berkembang menjadi sirosis dan kanker hati.

Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus

Apa itu Diabetes Melitus?
Diabetes Melitus (DM) atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing manis adalah kondisi dimana tubuh seseorang mengalami gangguan dalam mengendalikan kadar glukosa darah. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) secara berkepanjangan (kronik).
Secara garis besar, Diabetes Melitus dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu DM tergantung insulin (DM tipe-1) dan DM tidak tergantung insulin (DM tipe-2). Sebagian besar kasus adalah DM tipe-2 yang banyak ditemukan pada orang yang mengalami obesitas atau kegemukan akibat pola hidup yang dijalaninya. Sementara, DM tipe-1 banyak dipengaruhi faktor keturunan, meski kontribusi faktor keturunan terhadap risiko DM hanya sebesar 5%. Selain itu, terdapat DM yang dikenal dengan DM gestasional yang terjadi selama masa kehamilan.

Apa penyebabnya ?
Diabetes Melitus terjadi karena kekurangan jumlah hormon insulin atau kurang sempurnanya kerja insulin, yaitu hormon yang bertugas membawa glukosa (gula) darah ke dalam sel untuk pembentukan energi.
Dalam keadaan sehat, tubuh kita akan menyerap glukosa dalam jumlah yang tepat dari makanan, kemudian menyimpan sisanya. Glukosa tersebut diperlukan tubuh sebagai bahan bakar. Glukosa yang diserap dari makanan akan diangkut ke seluruh tubuh melalui aliran darah, kemudian diberikan ke sel-sel organ tubuh yang memerlukan dengan bantuan insulin (hormon yang dihasilkan oleh pankreas). Bila jumlah glukosa berlebih, maka insulin membantu menyimpan kelebihan glukosa tersebut di dalam organ hati dan otot (dalam bentuk glikogen), atau diubah menjadi trigliserida yang disimpan di dalam jaringan penyimpan lemak (adiposa).
Insulin yang berikatan dengan reseptornya (seperti kunci dan anak kunci) dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Bila insulin tidak ada atau kerja insulin terganggu, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tetapi berada dalam pembuluh darah sehingga konsentrasi glukosa di dalam darah akan meningkat. Glukosa di dalam darah yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah yang disebut komplikasi diabetes.

Apa saja gejala dan tandanya?
Gejala atau keluhan klasik DM :
  • Sering berkemih/kencing (poliuria),
  • Sering atau cepat merasa haus/dahaga (polidipsia),
  • Lapar yang berlebihan (polifagia),

Gejala lain :
  • Kehilangan berat badan yang tidak jelas penyebabnya
  • Kesemutan/mati rasa pada ujung saraf di telapak tangan dan kaki
  • Cepat lelah dan lemah
  • Mengalami gangguan penglihatan secara tiba-tiba
  • Apabila terjadi luka/tergores, penyembuhannya lambat
  • Mudah terkena infeksi terutama pada kulit

Siapa sajakah yang berisiko?
Orang yang memiliki risiko terkena DM adalah mereka yang telah berusia > 45 tahun atau mereka yang berusia lebih muda tetapi mengalami kegemukan (Indeks Massa Tubuh > 23 kg/m2) dan disertai dengan faktor risiko lain sebagai berikut:
  • Kebiasaan tidak aktif
  • Orang tua menyandang DM
  • Riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir > 4 kg atau riwayat DM pada saat hamil (DM gestasional)
  • Kadar kolesterol HDL <50 mg/dl
  • PenderitaPolycystic Ovary Syndrome(PCOS) atau keadaan klinis lain yang berhubungan dengan resistensi insulin (gangguan fungsi insulin)
  • Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
  • Riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah

Mereka yang memiliki risiko DM dianjurkan melakukan pemeriksaan glukosa darah secara berkala, setahun sekali atau sesuai dengan anjuran dokter. Bahkan akhir-akhir ini, para ahli menganjurkan untuk menambahkan pemeriksaanHbA1cuntuk mendeteksi kondisi prediabetes dan juga untuk pemantauannya.

Bagaimana cara mendiagnosisnya?
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:
  1. Jika ditemukan gejala klasik DM, dan hasil pemeriksaanglukosa darah sewaktu> 200 mg/dl. Glukosa sewaktu adalah hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
  2. Pemeriksaanglukosa darah puasa= 126 mg/dl dengan adanya keluhan klasik DM. Puasa diartikan individu tidak mendapatkan kalori tambahan selama minimal 8 jam.
  3. Pemeriksaan kadar gula plasma padates toleransi glukosa oral (TTGO)= 200 mg/dl. TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

Terapi dan pengobatan apa yang diberikan?
Bila glukosa darah tidak dapat dikendalikan dengan pengaturan pola makan dan latihan fisik, maka dilakukan intervensi farmakologi yaitu dengan memberikan obat-obatan oral penurun kadar glukosa darah (hipoglikemik) dan bila diperlukan suntikan insulin.

Komplikasi dan Pencegahan
Penyandang DM yang tidak dapat mengendalikan kadar gula darahnya, berisiko mengalami komplikasi yang bersifat akut maupun kronik :
  1. Komplikasi akut dapat terjadi akibat kadar glukosa darah yang mendadak meningkat dangat tinggi atau mendadak turun menjadi sangat rendah yang dapat menyebabkan koma diabetes dan memerlukan perawatan gawat darurat
  2. Komplikasi kronik terjadi akibat glukosa darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah, yang dapat menyebabkan :
    1. Stroke
    2. Kebutaan
    3. Penyakit Jantung Koroner
    4. Penyakit Ginjal Kronik
    5. Luka yang sulit sembuh

Dengan pengelolaan diabetes yang baik, komplikasi-komplikasi tersebut dapat dicegah dan dihambat. Terdapat empat hal utama yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kadar gula darah:
  1. Mengikuti pola makan sehat
  2. Meningkatkan kegiatan jasmani/aktivitas fisik
  3. Pengobatan yang sesuai
  4. Melakukan pemantauan melalui pemeriksaan secara berkala

Kanker Nasofaring

Apa itu Kanker Nasofaring ?

Kanker nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.

Bagaimana Kanker Nasofaring bisa terjadi ?

Kanker dimulai ketika ada satu atau lebih mutasi gen sehingga menyebabkan sel normal mengalami pertumbuhan di luar kendali, menyerang jaringan di sekitarnya, dan akhirnya menyebar (metastasis) ke jaringan/organ tubuh lainnya. Pada kanker nasofaring, proses ini dimulai dalam sel-sel skuamosa yang melapisi permukaan nasofaring.

Penyebab pasti terjadinya mutasi gen yang mengakibatkan kanker nasofaring belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terkena kanker nasofaring, antara lain: jenis kelamin, ras, usia, makanan yang diasinkan, infeksi virus Epstein-Barr, riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol.

Apa itu Kanker Nasofaring ?


Bagaimana gejalanya ?

Pada tahap awal, kanker nasofaring tidak menimbulkan gejala apapun, namun seiring perkembangan mungkin akan muncul gejala-gejala seperti:
  1. terdapat benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening
  2. terdapat darah pada air liur
  3. dari hidung keluar darah
  4. hidung tersumbat
  5. gangguan pendengaran
  6. sering terkena infeksi telinga
  7. sakit kepala
Bagaimana diagnosisnya ?

Pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosis kanker nasofaring meliputi:
  1. Pemeriksaan fisik oleh dokter
  2. Magnetic resonance imaging (MRI) untuk membantu melihat penyebaran sel kanker di sekitar kepala
  3. CT-scan untuk melihat sel kanker di kelenjar getah bening
  4. Sinar X untuk melihat sel kanker yang menyebar di paru-paru
Pengobatan yang dilakukan

Pengobatan kanker nasofaring biasanya didasarkan pada beberapa faktor, seperti stadium kanker, tujuan pengobatan, kondisi kesehatan secara keseluruhan, dan efek samping obat. Pengobatan awal yang umumnya diberikan adalah terapi radiasi atau kombinasi radiasi dan kemoterapi.

Terapi radiasi yang biasanya dilakukan selama 5-7 minggu ini dapat merusak dengan cepat sel-sel kanker yang tumbuh. Terapi ini digunakan untuk kanker pada tingkatan awal. Adapun efek samping yang terjadi dari terapi ini adalah mulut terasa kering, kehilangan pendengaran, dan terapi ini memperbesar risiko timbulnya kanker pada lidah dan kanker tulang.

Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan bantuan obat-obatan. Terapi ini bekerja dengan mereduksi sel-sel kanker yang ada, namun adakalanya sel-sel yang sehat (tidak terkena kanker) juga tereduksi. Efek samping dari terapi ini adalah rambut rontok, mual, lemas. Efek yang timbul tergantung pada jenis obat yang diberikan.

Pilihan pengobatan yang terakhir yaitu pembedahan yang bertujuan untuk mengambil kelenjar getah bening pada leher yang telah terkena kanker.

Pencegahan yang dapat dilakukan

Kurangi konsumsi makanan yang diawetkan dengan cara pengasinan, pengasapan atau menggunakan zat pengawet nitrosamine.
  1. Berhenti merokok
  2. Kurangi konsumsi alkohol
  3. Mulailah pola hidup sehat dan berpikir positif, serta cukup istirahat
  4. Olahraga teratur
  5. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
Dampak yang ditimbulkan

Kanker nasofaring dapat menyebar ke organ tubuh lainnya, seperti kelenjar getah bening di leher, tulang, sumsum tulang, paru-paru, dan hati. Selain itu, kanker nasofaring juga dapat menyebabkan sindrom paraneoplastik di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap kanker dengan menyerang sel normal.

Kanker Mulut

Tumor & Kanker Mulut (Oral Cancer) bisa berasal dari berbagai jaringan di dalam dan di sekitar mulut, termasuk tulang, otot dan saraf. Meskipun jarang terjadi, kanker yang ditemukan di dalam mulut bisa berasal dari bagian tubuh lainnya, terutama paru-paru, payudara dan prostat.

Kanker mulut dapat berkembang dalam setiap bagian dari rongga mulut atau orofaring. Kebanyakan kanker mulut dimulai di lidah dan di dasar mulut.

Kanker dengan garis tengah kurang 1 cm biasanya dapat diobati dengan mudah. Tetapi kebanyakan kanker tidak terdiagnosis sampai kanker tersebut telah menyebar ke kelenjar getah bening rahang dan leher. Karena terlambatnya penemuan kanker ini, maka 25% dari kanker mulut bersifat fatal.

Kanker Mulut (Oral Cancer)
Kanker Mulut (Oral Cancer)

Penyebab Kanker Mulut

Resiko paling tinggi ditemukan pada peminum alkohol dan perokok tembakau. Sekitar duapertiga kanker mulut terjadi pada pria. Merokok sigaret lebih mungkin menyebabkan kanker mulut dibandingkan merokok cerutu atau melalui pipa.

Bercak perokok (bintik kecoklatan yang mendatar) bisa timbul di sisi dimana sebuah sigaret atau pipa biasanya diletakkan di bibir. Dengan biopsi, bisa diketahui apakah bercak tersebut bersifat ganas atau tidak.

Iritasi yang berulang karena tepi yang tajam dari gigi yang patah, tambalan atau gigi palsu dapat merupakan resiko tambahan untuk terjadinya kanker mulut. Orang-orang yang pernah menderita kanker mulut mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker lainnya.
Gejala Kanker Mulut

Kanker mulut paling banyak terjadi pada bagian pinggir lidah, dasar mulut dan langit-langit lunak (bagian belakang dari atap mulut). Kanker mulut bisa juga terjadi di lapisan mulut, gusi, bibir, kelenjar ludah dan rahang.

Lidah

Pada stadium dini, kanker lidah tidak menimbulkan nyeri dan biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin gigi. Kanker biasanya tumbuh di bagian pinggir lidah. Hampir tidak pernah di pangkal lidah kecuali pada seseorang yang pernah menderita sifilis yang tidak diobati selama beberapa tahun.

Kanker lidah seringkali tampak seperti luka terbuka (borok) dan cenderung tumbuh ke dalam jaringan di bawahnya. Eritroplakia (daerah kemerahan di mulut) merupakan petanda dari kanker. Seseorang dengan eritroplakia pada bagian pinggir lidahnya harus segera memeriksakan diri ke dokter atau dokter gigi.

Dasar Mulut

Pada stadium dini, kanker dasar mulut tidak menimbulkan nyeri dan biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin gigi. Kanker dasar mulut biasanya tampak seperti luka terbuka dan cenderung tumbuh ke dalam struktur di bawahnya.

Siapapun yang memiliki bercak kemerahan (eritroplakia) di dasar mulutnya, harus segera menemui dokter atau dokter gigi karena bisa merupakan petunjuk dari adanya kanker.

Langit-langit Lunak

Kanker pada langit-langit lunak berasal dari kanker yang dimulai di dalam kelenjar ludah kecil di langit-langit lunak. Kanker ini tampak seperti sebuah luka terbuka. Kanker yang dimulai dalam kelenjar ludah kecil biasanya muncul sebagai pembengkakan yang kecil.

Lapisan Mulut

Jika lapisan sebelah dalam mulut yang lembab (mukosa mulut) mengalami iritasi dalam waktu yang lama, bisa terbentuk suatu bercak putih mendatar (leukoplakia). Bintik berwarna putih tersebut dikarenakan penebalan dari lapisan keratin, bahan yang menutupi lapisan terluar dari kulit dan dalam keadaan normal terdapat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak di dalam mukosa mulut.

Berbeda dengan bercak putih lainnya dalam mulut (karena penumpukan makanan, bakteri atau jamur), leukoplakia tidak dapat dibersihkan. Sebagian besar leukoplakia merupakan respon perlindungan terhadap cedera lebih lanjut. Tetapi dalam proses pembentukan penutup pelindung ini, beberapa sel bisa mengalami keganasan.

Sebaliknya, eritroplakia (bercak kemerahan dalam mulut) merupakan akibat dari penipisan membran mukosa. Daerah tersebut tampak kemerahan karena kapiler (pembuluh darah kecil) di bawahnya lebih mudah terlihat. Eritroplakia lebih merupakan petanda kanker yang lebih buruk dibandingkan leukoplakia. Seseorang dengan bercak merah pada mulut harus segera menemui dokter atau dokter gigi.

Ulkus adalah sebuah lobang yang terbentuk di dalam mukosa bila lapisan paling atas dari sel mukosa itu hancur dan rusak, sehingga jaringan dibawahnya terlihat. Suatu ulkus tampak putih karena adanya sel-sel yang mati dalam lobang tersebut. Ulkus mulut sering terjadi karena perlukaan atau iritasi pada jaringan, misalnya jika secara tidak sengaja bagian dalam dari pipi tergigit atau tergores.

Penyebab lain adalah sariawan dan bahan-bahan iritan, seperti aspirin yang dihisap di gusi. Ulkus yang bersifat jinak selalu nyeri. Suatu ulkus yang tidak terasa sakit dan menetap sampai lebih dari 10 hari mungkin bersifat pre-kanker atau kanker dan harus segera diperiksa oleh dokter atau dokter gigi.

Pada seseorang yang mempunyai kebiasaan mengunyah tembakau atau menghisap tembakau, dapat terjadi benjolan putih pada pipi bagian dalamnya. Benjolan ini dapat berkembang menjadi kanker.

Gusi

Suatu benjolan atau penonjolan di gusi bukan merupakan sesuatu yang membuat kita waspada. Jika penyebabnya bukan abses periodontal maupun abses gigi, mungkin merupakan suatu pertumbuhan non-kanker yang disebabkan oleh iritasi.

Pertumbuhan non-kanker relatif sering terjadi dan jika perlu, biasa diangkat dengan mudah melalui pembedahan. Pada 10-40% penderita, pertumbuhan non-kanker ini terjadi berulang-ulang karena iritasi terus berlanjut. Jika penyebab timbulnya iritasi adalah gigi palsu yang kurang tepat letaknya, maka harus segera diperbaiki atau diganti.

Bibir

Bibir (terutama bibir bawah), merupakan tempat terjadinya kerusakan karena cahaya matahari (keilosis aktinik), sehingga bibir tampak pecah-pecah dan kemerahan, keputihan atau campuran dari merah dan putih. Untuk menentukan apakah bintik tersebut bersifat ganas atau tidak, bisa dilakukan biopsi. Kanker di bibir sebelah luar lebih sering terjadi pada daerah beriklim panas.

Kanker pada bibir atau bagian mulut lainnya seringkali terasa keras seperti batu dan menempel pada jaringan di bawahnya, sedangkan benjolan non-kanker di daerah ini dapat digerakkan. Kelainan pada bibir atas lebih jarang terjadi dibandingkan dengan bibir bawah, tetapi lebih mungkin menjadi ganas dan memerlukan perhatian medis.

Kelenjar Ludah

Tumor kelenjar ludah dapat bersifat jinak dan ganas. Tumor bisa terjadi kelenjar ludah mayor maupun minor. Pertumbuhan pada stadium dini bisa nyeri bisa tidak. Tumor ganas cenderung tumbuh cepat dan teraba keras.

Rahang

Berbagai jenis kista non-kanker menyebabkan nyeri dan pembengkakan rahang. Kista ini sering tumbuh di samping gigi geraham bungsu yang mengalami impaksi (terjepit dalam rahang sehingga tidak dapat tumbuh keluar) dan meskipun tidak ganas, kista dapat merusak sejumlah daerah tulang rahang. Jenis kista tertentu cenderung bersifat kambuhan.

Odontoma merupakan pertumbuhan non-kanker dari sel-sel pembentuk gigi yang tampak seperti gigi kecil dengan bentuk yang berubah. Odontoma bisa mengambil tempat tumbuhnya gigi yang normal atau menghalangi pertumbuhan gigi yang normal, sehingga seringkali diangkat melalui pembedahan.

Kanker rahang sering menyebabkan nyeri dan mati rasa. Rontgen tidak selalu dapat membedakan kanker dari kista, pertumbuhan tulang non-kanker atau kanker yang telah menyebar dari tempat lainnya di tubuh.

Rontgen biasanya menunjukkan pinggiran yang tidak teratur dari kanker rahang dan bisa menunjukkan bahwa kanker telah menggerogoti akar dari gigi di dekatnya. Biopsi dilakukan untuk memperkuat diagnosis kanker rahang.

Pencegahan Kanker Mulut

  1. Menghindari cahaya matahari mengurangi resiko terjadinya kanker bibir.
  2. Menghindari alkohol dan tembakau dapat mencegah hampir seluruh kanker mulut.
  3. Pencegahan lainnya adalah memperhalus tepian gigi yang patah atau menambalnya.
  4. Vitamin anti-oksidan (vitamin C dan E, beta-karoten) memberikan perlindungan tambahan.
Demikian informasi seputar pengertian tentang kanker mulut, penyebab kanker mulut dan bagaimana pencegahan kanker mulut. Jangan lupa beri KOMENTAR dan klik tombol LIKE atau SHARE jika artikel berikut ini bermanfaat dan layak untuk disebarkan sebagai informasi yang berguna kepada teman anda.